Januari 11, 2024

Inisiatif Teledermatologi Baru Tunjukkan Keberhasilan di Indonesia Timur

Dalam satu studi baru di The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene oleh Dr. Marlous Grijsen dan rekan-rekannya, inisiatif ini tercatat berhasil meningkatkan akses perawatan kulit berkualitas bagi populasi yang kurang terjamah pelayanan kesehatan di Sumba.

Dalam satu studi baru di The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene oleh Dr. Marlous Grijsen dan rekan-rekannya, inisiatif ini tercatat berhasil meningkatkan akses perawatan kulit berkualitas bagi populasi yang kurang terjamah pelayanan kesehatan di Sumba. Dengan menghubungkan nakes lokal dengan dokter spesialis kulit berpengalaman menggunakan platform daring, program ini tidak hanya berhasil meningkatkan pelayanan kesehatan kulit, tetapi juga telah memberdayakan nakes yang berada di garda terdepan dengan keahlian dermatologi yang berharga.

Menjembatani Kesenjangan dalam Layanan Dermatologis

Studi ini menggambarkan insiatif teledermatologi berbiaya rendah di Sumba, salah satu pulau terpencil di Indonesia Timur. Meskipun prevalensi penyakit kulit di Sumba tinggi, pengobatan spesialis di daerah terpencil seperti ini langka. Proyek inovatif yang merupakan hasil kerja sama antara Universitas Gadjah Mada, Sumba Foundation, dan OUCRU Indonesia ini berhasil menjembatani kesenjangan dalam layanan dermatologi berkat teknologi telekomunikasi yang memungkinkan pemberian saran spesialis kulit secara cepat dan efektif.

“Surat dari Bukit: Beban Tak Kasat Mata Kusta di Sumba” adalah bagian dari proyek keterlibatan publik untuk meningkatkan kesadaran tentang beban penyakit kulit di Indonesia Timur, khususnya kusta. Foto oleh Yoppy Pieter.

Temuan Utama Studi

Selama 24 bulan (Oktober 2020–Oktober 2022), layanan ini berhasil menjangkau 307 pasien dengan berbagi keluhan kulit. Mayoritas kasus yang ditemui adalah infeksi, infestasi, dan kondisi eksematosa, termasuk penyakit kulit tropis yang terabaikan seperti kusta dan kudis. Studi ini mengamati peningkatan dalam persetujuan diagnosis antara nakes lokal dengan dermatolog, dari 46,9% menjadi 77,2%, selama durasi proyek. Peningkatan keakuratan diagnosis ini membuktikan keberhasilan proyek dalam mentransfer pengetahuan dan mengembangkan keterampilan para nakes garda terdepan.

Layanan teledermatologi ini juga berdampak signifikan terhadap komunitas lokal karena mampu memberikan diagnosis dan nasihat dari spesialis kulit dalam waktu kurang lebih 50 menit dengan sebagian besar konsultasi terselesaikan dalam waktu 24 jam. Semua nakes yang terlibat dalam proyek ini mengakui bahwa layanan ini bermanfaat dan telah meningkatkan kemampuan mereka dalam menangani penyakit kulit.

Berkaca tentang dampak proyek ini, Dr. Marlous Grijsen menjelaskan, “Apa yang kita lihat di Sumba lebih dari sekadar pemberian layanan. Ini tentang memupuk ekosistem perawatan yang berkelanjutan. Proyek teledermatologi ini tidak hanya meningkatkan kondisi pasien, tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri dan keterampilan para penyedia layanan kesehatan lokal dalam menangani penyakit kulit. Ini adalah bukti nyata bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan layanan kesehatan di lokasi yang paling terpencil dan terbatas sumber daya.”

Publikasi ini membuka jalan bagi replikasi dan implementasi lebih lanjut di wilayah lain dengan kondisi serupa dalam rangka memperbaiki akses layanan kesehatan di daerah yang paling membutuhkannya.

Untuk membaca studinya secara lengkap dan mempelajari proyek ini lebih lanjut, kunjungi The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene.

Proyek ini didanai oleh DermLink Grants – ILDS.

Skip to content